Catatan Aksi ‘Dari Soe Untuk Rokatenda’

Rokatenda. Memori masa kanak saya telah menyimpan kata itu dengan baik sekali. Generasi yang pernah menikmati hidup di era 90-an khususnya di NTT rasanya tahu dan ingat dengan sebuah tarian yang populer di awal dekade tersebut, ya tarian Rokatenda. Di Timor, tarian Rokatenda bahkan lebih duluan tenar sebelum Sajojo apalagi Poco-poco, kala itu. Ketika kelas 2 SD, saya pernah masuk juga ke dalam tim penari Rokatenda pada saat upacara Hari Pendidikan Nasional sekecamatan Mollo Utara. Cieeeh.

Hal kedua, yang turut membantu mengabadikan memori saya tentang Rokatenda, bahwa dulu setiap kali ingin berlibur ke kampung Bapatua di Flores, kami sering menumpang ferry bernama Rokatenda.

Di tahun 2013, belasan tahun setelah kejayaan tarian Rokatenda dan ferry yang sama telah butut dan masih saja ‘dipaksa’ beroperasi, secara mengejutkan memori manis itu seolah dipaksa keluar dari kantong emasnya: Gunung Rokatenda di pulau Palue meletus! OMG, pada saat itu juga saya baru tahu bahwa gunung Rokatenda letaknya di Pulau Palue itu. Selama ini saya mengira bahwa gunung tersebut berada di Flores Timur. Oalaaah.

Gunung Rokatenda meletus ketika saya dan Sandra Olivia Frans, teman blogger dari SoE juga Romo Patris Allegro Neonub (rohaniwan sekaligus blogger) sedang berada di Ende guna mengikuti serangkaian acara ulang tahun ke-4 Komunitas Blogger NTT. Tanggal 3 April, beberapa jam sebelum kami terbang pulang ke Kupang, dalam perjalanan menikmati jagung rebus di km 14 Ende, kami mendapatkan kenyataan bahwa hujan siang itu terlalu aneh; mata tiba-tiba perih tanpa sebab dan bodi motor seperti disiram terigu—memutih.

Rupanya itu tanda persahabatan yang sedang dikirimkan Rokatenda buat saya, teman masa kanaknya. (Saya lebay ah. Btw, kemana perginya penyanyi Bobby Tunya yang setahu saya menyanyikan lagu tentang Kelimutu yang memang paling pas untuk mengiringi kami menari Rokatenda. )



Setelah kejadian itu, saya baru tahu bahwa dua bulan sebelumnya, tanda tentang ketidaksehatnya Rokatenda sudah dikirimkan ke warga Palue.

Dan sejak meletus di awal Februari itu, kondisi pengungsi memang makin genting saja. Mengkhawatirkan maksud saya.

Baca selengkapnya di Blognya Dicky Senda.
Bagikan di Google Plus

About bisotisme.com

Salah satu admin di tim admin yang mengurus web ini.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar