Catatan di Festival Sastra Santarang

Tak ada yang paling membahagiakan bagi saya seminggu ini selain kenyataan bahwa Festival Sastra Santarang yang kami gagas bersama di Komunitas Sastra Dusun Flobamora dan berpartner dengan Komunitas Salihara sudah berjalan dengan sangat baik. Sebagai sebuah festival sastra, barangkali yang pertama ada di Kupang atau NTT pada umumnya, semua hal yang terjadi sudah lumayan baik. Memang masih ada kekurangan di sana sini tapi berkat dukungan semua pihak yang hadir dalam festival ini semuanya baik juga pada akhirnya.

 Catatan di Festival Sastra Santarang
bersama Rm Sipri Senda dan Rm Patris Neonub di Aula Seminari Penfui

Tentu tidak gampang mengorganisir sebuah festival tapi juga bukan mustahil bahwa kami bisa mengeksekusi semua program di festival dengan baik. Saya sebagai ketua panitia festival merasa bahwa meski sumberdaya kami di Dusun Flobamora terbatas, namun saya melihat sendiri bagaimana akhirnya teman-teman bisa memanfaatkan potensi yang terbatas itu secara maksimal. Barangkali aneh ketika kami yang menilai kinerja kami sendiri. Berdasarkan evaluasi langsung dengan Komunitas Salihara maupun teman-teman komunitas partisipan yang kami undang, semuanya mengakui bahwa festival ini awal yang baik dan berhasil menjaring simpul-simpul komunitas seni budaya anak NTT. Memang itulah tujuan awal festival ini digagas bersama, bahwa harapannya ada komunikasi yang intens, ada jejaring baru komunitas seni budaya di NTT dengan komunitas dari luar.

Sehari setelah festival, saya hadir dalam sebuah forum diskusi yang melibatkan 11 komunitas anak muda kota Kupang di kantor Pikul bersama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi. Kami sedang membahas sebuah strategi baru kampanye antikorupsi dengan format yang lebih kreatif dan tepat sasaran. Di forum ini, berkali-kali saya mendengar pengakuan langsung dari kawan-kawan komunitas yang sudah terlibat langsung di festival Santarang. Dengan mengundang komunitas seni budaya dari luar Kupang, antara lain dari Ruteng, Maumere, Ende, Kefa, Betun, SoE dan Atambua, tentu saja memberikan kekaguman sendiri bagi kawan-kawan pegiat komunitas yang ada di Kupang. Dusun Flobamora berhasil mejaring simpul baru komunitas yang ada di daerah dengan festival Santarang ini. Karena benar bahwa NTT tidak hanya Kupang, masih ada banyak potensi di daerah lain, misalnya di Rote, Sumba, Lembata dan Alor. Berharap akan ada lagi festival selanjutnya yang bisa menjaring lebih banyak lagi komunitas di daerah.


Tulisan merupakan sebagian salinan dari blog Dicky Senda, baca selengkapnya di Festival Sastra Santarang: Mempertemukan Simpul-Simpul Baru Komunitas Seni Budaya di NTT.
Bagikan di Google Plus

About bisotisme.com

Salah satu admin di tim admin yang mengurus web ini.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar