Laporan Penyaluran Bantuan #Rokatenda Tahap 9

Dear friends … apa kabar? Tentu kabar kita tak sekenyang para pengungsi korban erupsi Gunung Rokatenda. Tapi, tentu, dengan kabar yang begitu baik, masih banyak hal yang dapat kita lakukan untuk para pengungsi tersebut. Jangan dilihat banyak/sedikitnya. Tapi tulus lah, karena hati yang tulus lebih berguna dari pada banyak memberi dengan niat riya’.

Tahap ke-9 penyaluran bantuan untuk pengungsi korban letusan Gunung Rokatenda di 3 posko di Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende, dilakukan pada :

Hari : Minggu, 12 Mei 2013
Pukul : 11.30 – 20.30 Wita
Tim : Randy, Cici, Oskar, Nando, Lius, Irwan, Tuteh, Armando

Tahap 1 pada 9 Februari 2013
Tahap 2 pada 16 Februari 2013
Tahap 3 pada 11 Maret 2013
Tahap 4 pada 29 Maret 2013
Tahap 5 pada 7 April 2013
Tahap 6 pada 14 April 2013
Tahap 7 pada 21 April 2013
Tahap 8 pada 29 April 2013
Tahap 9 pada 12 Mei 2013

Lokasi :
1. Posko Keliwumbu – Uludala
2. Desa Mausambi
3. Desa Aewora

Bantuan Donasi via rekening + tunai (bantuan langsung dan pengambilan dari rekening via ATM) per tanggal 8 Mei 2013 adalah sebesar : Rp 33.033.904.

Dibelanjakan :
Dapat dilihat pada tabel laporan keuangan di bawah ini. (klik untuk memperbesar gambar)

Laporan Terakhir

ALOKASI BANTUAN

Posko Keliwumbu – Uludala
1. 5 karung beras @ 50 kg
2. Susu kotak diserahkan ke anak-anak.
Semuanya diserahkan ke Wakil Koordinator : Bapak Raymundus.

Desa Mausambi
1. 5 karung beras @ 50 kg diserahkan ke Kepdes/Koordinator.
2. Susu Kotak diserahkan ke anak-anak.
3. 90 Paket kebersihan diserahkan ke setiap KK (88 KK).
4. 2 buah terpal.

Desa Aewora
1. 30 paket beras @ 5 kg untuk 27 KK.
2. 30 Paket kebersihan diserahkan ke setiap KK (27 KK).
3. Susu kotak diserahkan ke anak-anak.
4. #1MugBeras offline : 1 karung beras @ 20kg, 3 kardus mi, pakaian bekas.

Biaya angkut barang dari basecamp ke lokasi pengungsian : Rp. 600.000

Panjar membeli beras di Desa Sokoria (saat panen dengan harga jauh lebih murah) untuk tanggal 25 Mei 2013 (tahap 10) 200 kg : Rp. 1.400.000

Donasi yang tersisa per 12 Mei 2013 = Rp 24.326.404

Ada kebahagiaan tersendiri bagi kami karena lebih banyak member yang punya waktu untuk ikut pergi ke kamp pengungsi. Dari Ende, dengan jalan yang berliku dan ada ruas jalan yang sedang diperlebar sehingga menyebabkan jalan menjadi rusak tertimbun tanah, ada kerikil, juga tumpukan pasir, kami menempuh 80 kilometer pertama menuju Sokoria. Dalam perjalanan ini Kak Tuteh menerima SMS dari Mama Muna (ya, yang diwawancarai mbak @Mandarla dari @tiga_60 di @Metro_TV itu loh). Isi SMS-nya : siang, skdr info bt adk2 flobamor kmi px stok makanan utk skrng ksong sdh 2 minggu. Pantas yah Kak Tuteh dan Kak Randy memacu sepeda motornya luar biasa gila-gila'an biar cepat sampai. Terhitung 1 minggu kami tidak ke sana ... wajar 2 minggu stok makanan mereka habis. Kasihan sungguh!

Biasanya kami baru mampir di Sokoria setelah kembali dari kamp pengungsi tetapi kali ini karena berangkat dari Ende sudah siang maka kami harus mengisi perut terlebih dahulu. Adalah Kak Teny Bata, kakak sepupu Kak Tuteh, yang menikah dengan Kak Lamber. Mereka menetap di Sokoria. Kak Teny, dengan segenap kemampuannya, menyiapkan makan siang untuk kami. Ini namanya sekalian hemat biaya hahaha. Dari Sokoria kami bersiap menuju Desa Mausambi terlebih dahulu. Kak Lamber dan putri tunggal mereka, Jein, minta ikut. Yuk ramai-ramai!

Di Desa Mausambi Kak Oskar langsung mengajak anak-anak bermain; permainan edukatif. Melihat tawa dan keriangan anak-anak itu, rasanya kebahagiaan kami di kehidupan sehari-hari seperti terlalu berlebihan. Saat Kak Oskar mengajak anak-anak bermain, relawan lain membagi-bagikan paket kebersihan sedangkan beras telah diturunkan di gudang mereka di samping rumah Kepdes Mausambi. Anak-anak juga berbaris untuk menerima susu. Mereka memang sudah menantikan susu ini, teman.

IMG_1365

Dan setelah permainan dari Kak Oskar selesai, sementara paket kebersihan masih dibagikan, Kak Cici mengajak anak-anak pengungsi bermain lipat kertas. Origami. Kak Cici memang sudah niat membelikan kertas-kertas origami untuk mereka semua. Perahu-perahu kertas dibuat ... perahu-perahu impian mereka.

IMG_1399

Sayang kami tak bisa berlama-lama karena waktu yang sempit. Sementara itu di Desa Mausambi ada 2 balita sedang sakit. Salah satunya terbilang cukup parah karena menderita biduran + batuk + pilek + demam. Untungnya kami membawa obat syrup (Hufagrip). Setidaknya dapat membantu mengurangi batuk cs. Kami juga membagikan minyak tawon pada para ibu yang memiliki balita dan manula. Jein, anaknya Om Lamber, yang membawa bekal dari Sokoria tidak tahan melihat anak-anak yang usianya nyaris sepantaran dia bernasib seperti itu. Matanya berkaca-kaca. Anak kecil ini lantas menyerahkan semua bekal dari Mamanya (Kak Teny) untuk anak-anak pengungsi yang sedang sakit. Ah … kami terharu melihatnya. Maaf ya, Jein, hampir setiap Minggu kami merepotkan kau dan orangtuamu.

Dari Desa Mausambi kami bergerak ke Desa Aewora yang lebih jauh lagi dengan kondisi tidak terkoordinir dan jarak antara satu tenda dengan yang lainnya sangat jauh! Ada 6 tenda di sini. Untungnya di sini kami sering berkomunikasi dengan Om Patris, pengungsi juga, yang rela menghabiskan pulsanya untuk menelepon kami sekadar mengabarkan kondisi di sana. Tenda pertama yang letaknya jauh dari jalan besar, kami meminta 3 KK menunggu di pinggir jalan. Melihat kami, mereka tersenyum senang. Mereka sudah tahu apa yang akan kami bagi. Khusus di Desa Aewora karena tidak terkoordinir maka setiap KK kami bagikan beras (tidak seperti Posko Keliwumbu – Uludala dan Desa Mausambi). Ternyata di Desa Aewora ini ada penambahan 5 KK. Sedangkan ada pula KK yang sudah kembali ke Pulau Palu’e, mengais sisa harapan. Yang lainnya? Mereka memilih tetap di Kecamatan Maurole! Anak-anak pengungsi di sini pun menerima susu instant dan mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. Saat Kak Tuteh bilang, “ANAK-ANAK!” mereka harus mengangkat tangan dan menjawab, “SAYA!” dengan semangat. Ah …

IMG_1353

Dari Desa Aewora kami kembali ke Kecamatan Maurole untuk membeli 5 kg beras @ 50 kg untuk diserahkan ke Posko Keliwumbu – Uludala. Sebelumnya Kak Oskar cs pada mandi-mandi laut. Pasir putih dan laut dangkal memang sulit untuk ditolak. Mereka tidak peduli bila dalam perjalanan pulang nanti kedinginan. Kami kembali melintasi Desa Mausambi, mereka dadah-dadah melihat rombongan kami, dan terus ke Ropa. Di posko ini Bapak Raymundus menerima bantuan kami. Seperti biasa si Bapak meminta kami mengisi buku. Maaf, kami jadi malas melihat daftar buku bantuan itu karena … *tidak mau melanjutkan*

Saatnya pulang! Hari sudah gelap, teman. Dari Ropa kami kebut kembali ke Sokoria. Om Lamber bersemangat, “rasanya puas! Padahal saya baru satu kali ini ikut kalian ke sana! Pemda mereka ke mana? Aduh! Kasihan sekali mereka!” lantas Om Lamber menawarkan kami untuk membeli beras di Sokoria yang harganya jauh lebih murah soalnya sedang masa panen. Yuhu! Langsung diterima! Stok beras 200 kg sudah kami simpan di Sokoria untuk para pengungsi dalam rencana #tahap10 penyaluran bantuan untuk para pengungsi. Kami pun rencananya nanti akan tembus hingga ke Maumere – lintas kabupaten. Akan kami cari satu atau dua titik pengungsi di sana untuk menyerahkan bantuan.

Bantuan itu dari teman-teman seluruh Indonesia!

Pulang ke Ende hari sudah gelap. Bermodal bantuan lampu dari pick up yang kami sewa, dua motor melaju di depan dengan kecepatan sedang menuju Detusoko, melintasi hutan. Dari Detusoko banyak sekali kendaraan tujuan Ende. Ada sekitar 30-an kendaraan dari berbagai tempat dengan tujuan Ende. Beruntungnya kami.

Terima kasih, teman. Doakan tanggal 25 Mei 2013, #Rokatenda #tahap10 nanti tidak hujan ya. Semoga cuaca cerah, secerah harapan kita semua untuk pengungsi korban erupsi Gunung Rokatenda.


Wassalam.
Bagikan di Google Plus

About bisotisme.com

Salah satu admin di tim admin yang mengurus web ini.
    Komentar
    Komentar melalui Facebook

1 komentar:

  1. Alhamdulillah ... kemarin juga sempat dengar cerita dari Dicky saat di ABFI2013, sungguh ... salut untuk kalian! Thumbs up! Angkat topi buat kalian semua!

    BalasHapus