Langit Biru

‘Mengapa langit biru?’ Tanya kelinci kepada kambing saat siang hari di tepi danau ditengah hutan. ‘entahlah kau bayangkan sendiri jika warnanya coklat’ jawab kambing sekenanya, selagi mulutnya penuh dengan rumput segar. Rumput sehabis hujan yang masih basah merupakan hidangan makan siang nikmat. Kelinci kembali menatap langit dan terpesona melihat birunya langit disertai bercak awan putih. Indah, pikirnya.‘Maksudku, kenapa bukan hijau seperti rumput yang kau makan itu?’ lanjut kelinci tidak peduli sahabatnya sedang tidak ingin diganggu. Kambing berhenti sejenak, keningnya berkerut, ‘Mungkin Tuhan berpikir jika warna hijau, suatu saat jika kita kelaparan dan tak ada rumput, mungkin kita nekat meloncat ke langit, berharap menemukan rumput’. Mau tak mau kelinci tertawa mendengar jawaban usil temannya.

‘ah sudahlah, biru itu indah, dan aku suka warna biru yang meneduhkan’ seru kancil sambil melompat ke danau menyeruput air. Kambing tersenyum mengamati ulah temannya.Suatu ketika, aku berpikir, ‘mengapa langit biru?’. Dulu sekali aku pernah diajarkan bahwa matahari yang menjadi sumber cahaya sebenarnya memiliki sifat cahaya tambak, yaitu cahaya putihnya  memiliki 7 warna cahaya , mejikuhibiniu. Untuk sampai ke bumi, cahaya matahari akan melewati lapisan atmosfir yang tebal. Disini partikel cahaya aj=kan mengalami tumbukan dengan partikel udara, sehingga cahaya akan terurai dan mengalami pengurangan energy, energy yang paling besar dengan panjang gelombang paling pendeklah yang akan dibiaskan. Konon energy palibg besar dihasilkan oleh warna biru.

Saya tidak menguasai fisika, tapi sampai sini saya bertanya, mengapa harus biru? Mengapa bukan kuning yang memiliki panjang gelombang pendek? Atau mengapa suatu cahaya harus repot repot memiliki sifat cahaya tampak menghasilkan tujuh warna indah, kenapa tidak putih saja, tapi lucu juga jika langit berwarna putih yang akan sulit kita bedakan dengan awan.



Bagi saya yang punya pemikiran sederhana, itulah pemikiran besar dan luar biasa dari sang Pencipta. Bagi sebagian orang, langit hanyalah langit. Atap dari bumi. Tapi bagi lainnya, langit adalah penenang. Saya termasuk satu diantara mereka, yang suka mengamati langit dan yang tersenyum di tengah terik matahari, dan saat mendangak keatas mendapati langit biru ceria. Saya suka mengamati bentuk awan putih, yang begitu serasi dilatar belakangi oleh langit biru.

 

Bagi yang lain, langit adalah pelengkap keindahan. Bayangkan suatu potret, seseorang yang duduk diatas batu di belakangnya ada danau dengan air tenang dan rumput hijau, sedangkan langit diatasnya berwarna merah. Membuat yang melihat mengernyitkan mata. Bayangkan kita sedang berbaring di pantai menghadap laut pada siang hari, dan langit berwarna hitam, tentu bukan menenangkan tapi membuat kalut.

Jadi, saya berkesimpulan, Tuhan sudah berpikir sejauh itu, ketika menetapkan warna biru adalah warna cahaya yang memiliki energy paling besar. Karena Tuhan tahu, akan ada segelintir umatNya yang memperoleh sedikit ketenangan ketika memandang langit biru.

Dan saya merasa istimewa mengetahui kenyataan ini. Bahwa Tuhan pun sangat peduli terhadap perasaan saya.

Terima kasih buat Langit biru dan awan putih. Saya mengagumiMu, Tuhan.

gambar dari gettyimages


***SandraFrans via http://tulisan-sandra.blogspot.com/2011/10/langit-biru.html
Bagikan di Google Plus

About bisotisme.com

Salah satu admin di tim admin yang mengurus web ini.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar