Bakau Part 2; Pertemuan Darat dan Laut

Nenek moyangku orang pelaut

Gemar mengarung luas samudera

Menerjang ombak tiada takut[gallery columns="2"]



 

 

Menempuh badai sudah biasa …

 

Admin jadi ingat lagu anak-anak itu saat melihat perahu motor Baronang. Meski rata-rata member FC pada tidak tahu berenang, niat untuk pergi ke Pulau Ende tidak luntur. Niat ini mengalahkan kekuatiran akan gelombang dan pertemuan dengan Neptunus.

Yipie! Sudah baca postingan sebelumnya? Bakau Part 1; Tongkat dan Nafas. Hyuk sekarang kita lanjutkan ceritanya …

Kamis pagi KepDes Ekoreko menghubungi FC dan menyatakan siap menunggu kedatangan para penanam bibit bakau. Jadwal berangkat ke Pulau Ende adalah Kamis pagi pukul 9. Ternyata FC masih belum bisa tepat waktu—kami kan masih anak-anak, kakak :D. Pukul 10 pagi member baru mulai berdatangan di rumah Ketua FC dan mobil pick-up langganan pun baru tiba. Bibit bakau di teras rumah mulai diangkut ke atas pick-up. Ada yang dimasukkan kembali ke kardus baru (karena kardus lama rusak kena air), ada pula yang langsung digotong dan digeletakin saja di atas pick-up.

Kehebohan terjadi tatkala pick-up langganan FC, milik Oom Wilce, tiba di Pantai Pu’urere. Masyarakat sekitar terkejut melihat rombongan ‘orang gila’ menggotong bibit bakau dalam kardus-kardus bekas snack. Belum lagi mereka terkejut-kejut melihat rambutnya Oskar. Hahaha. Rifan dan ABK Baronang memindahkan bakau ke tong-tong ikan sehingga waktu luang tersebut dipergunakan untuk mengobrol dengan bapak-bapak yang sedang memperbaiki pukat di tepi Pantai Pu’urere. Tidak berlebihan bila kami bilang mereka tercengang mendengar FC akan pergi ke Pulau Ende untuk menanam bakau. Kemudian bapak-bapak tersebut berkata, “kenapa ke Pulau Ende? Kenapa tidak di pantai Pu’urere di sini saja? Kami juga mau. Kami juga bisa menjaga bibit bakau yang ditanam.”

Giliran FC yang cengo mendengarnya. Tidak menyangka akan mendapat ‘sambutan’ seperti itu hehehe. Insya Allah ya, pak. Dan mereka pun bilang, “kalau butuh koordinasi dengan pemerintah setempat, kami bersedia omong sama RT, RW dan juga Lurah supaya adek-adek bisa tanam bakau di pantai sini.”

Wow!

Baiklah. Baiklah. Insya Allah. Nah, kembali ke jadwal keberangkatan ke Pulau Ende yang molor sampai pukul 11 siang. Setelah berdo’a bersama, bakau dan member FC diangkut menggunakan sampan menuju Baronang. Kemudian berangkatlah ke Pulau Ende. Kalian tahu, itu laut pada jam segitu memang sangat menakutkan hahaha. Gelombangnya gila-gila’an deh. Tapi member FC malah cuek narsis-narsisan di atas Baronang. Dan semua pada tertarik melihat ABK Baronang, anak buahnya Rifan, pada asyik masak-masak di atas kapal yang oleng ke kanan oleng ke kiri! Wataw! Hebat ya? Menu di atas kapal ada ABC Mocca + ubi rebus + ikan kering bumbu. Aish … mana tahan. Hehehe.

Sekitar pukul 12.30 siang Baronang tiba di tepian pantai Desa Ekoreko, Pulau Ende. HP milik KepDes tidak bisa dihubungi. Noni pun jadi pilihan dan ternyata mereka memang sedang menunggu kami hahaha … Prajurit Kesiangan. Bertemu KepDes di kompleks sekolahan dan bakau diturunkan menggunakan sampan. Eh ternyata KepDes memutuskan untuk menanam bakau di sebuah titik ter-barat dari Desa Ekoreko. Okay, siap berangkat! Ternyata titik ter-barat yang bakal jadi lokasi bakau ditanam itu jaraknya 1,5 kilometer dari kompleks sekolahan. Bakau yang sudah di darat, kembali dinaikkan ke sampan untuk di antar ke lokasi penanaman via jalur laut sementara member FC menuju lokasi penanaman via jalur darat.

Sepanjang jalan menuju barat itu kami memungut tempurung kelapa kering untuk dijadikan alat menggali lobang. Tiba di lokasi kami masih menunggu KepDes untuk penentuan tepat di mana penggalian lobang. Setelah itu lobang-lobang pun segera digali. Lobang digali berpasangan untuk pasangan Bakau Akar Nafas dan Bakau Akar Tongkat. Jarak antara lobang adalah 1 meter dan kedalaman sekitar 40 sentimeter. Wah, ada juga yang menggali lobang dengan kedalaman 60 sentimeter—kemudian hari baru disadari bahwa memang seharusnya lobang itu mesti lebih dalam agar bibit bakau tak terhanyut air laut. Dan jangan lupa letak Bakau Akar Tongkat harus di depan Bakau Akar Nafas.

Saat sedang menggali ini lah FC dikejutkan oleh kedatangan penduduk, rata-rata kaum laki-laki, yang berbondong-bondong menghampiri lokasi penanaman dan ikut menggali serta menanam! Luar biasa. Ada member FC yang sampai menitikkan air mata saking terharunya. Kerja sama antara FC dengan penduduk Desa Ekoreko ibarat Pertemuan Darat dan Laut. FC yang merupakan ‘orang darat’ dan penduduk Desa Ekoreko yang merupakan ‘orang laut’ bersatu dalam bakau. Wah, kalimatnya keren ya hahahah *wah ada yang timpuk admin* ;))

Siang terik bekerja di pinggir pantai, bergelut dengan pasir dan air = eksotik + seksi. Hahaha. Kulit terpanggang bukan masalah yang penting bakau aman terkendali. Usai menanam bakau, rombongan FC beristirahat. Ada yang langsung membuka bekal makan siang dan ada yang mendapat ransum dari sepupunya Fauwzya Dean hihihi. Asyikkk. Ubi cincang, ikan panggang, sayur santan, sambal, pinggir pantai, angin sepoi-sepoi. Duh kalau tidak ingat pulang, bisa-bisa semua pada terlelap.

Pukul 3 sore, setelah kenyang dan beberapa member cebur ke laut, FC memutuskan untuk pulang. Buntut-buntutnya, karena mesti berjalan lagi selama 1,5 kilometer, foto narsis berlanjut dan ditambah pula dengan ‘anak laut’ yang tak mau kalah pengen difoto juga, FC baru naik ke Baronang dan bertolak dari Pulau Ende sekitar pukul 4 sore. Wahahaha! Luar biasa! Bila berangkat pukul 11 kondisi laut sudah begitu menggelegak, maka pada pukul 4 sore kondisi laut lebih parah dari sebelumnya. Whoo-hoo! Pengalaman seseru ini macamnya hanya ada di FC deh *digampar* hahaha. Karena gelombangnya lebih parah, Rifan menjalankan perahu dengan kecepatan sedang. Nah, tiba di Pantai Pu’urere sekitar pukul 6 sore. Sudah mau Maghrib. Semua sudah pada capek ketawa *lirik Etchon, Bernard dan Encik* dan pengen cepat-cepat tiba di rumah mengganti pakaian yang basah akibat nyebur ke laut waktu masih di Pulau Ende itu. Tapi berdo’a dulu donk. Setelahnya … selamat pulang ke rumah masing-masing!

Well, kami harapkan bakau-bakau tersebut tumbuh subur meski tak semuanya dapat hidup dengan baik. Amin.

Bagi teman yang pengen menyumbang dana untuk pembelian bibit bakau untuk ditanam di :

  1. Pantai Pu’urere

  2. Desa Ekoreko – Pulau Ende (tahap II)

  3. Desa Matinumba – Pulau Ende.


Silahkan hubungi FC ya. Percayalah, bantuan Anda tiba di tujuan dengan selamat hahahaha ;))

 

Sampai ketemu di cerita selanjutnya … Lomba Mewarnai Anak-anak! Yipie!

 

 

Salam penuh cinta,

Admin.
Bagikan di Google Plus

About bisotisme.com

Salah satu admin di tim admin yang mengurus web ini.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar