Permen

Banyak hal yang terasa manis tapi merusak.

Permen misalnya. Siapa yang tidak suka permen? Barang murahan ini mulai dari anak kecil baik yang tinggal di pedesaan maupun yang di perkotaan suka permen. Orang dewasa, baik itu nenek-nenek yang memamah sirih pinang maupun para anggota dewan yang terhormat itu semua suka permen.

Padahal, permen itu tak ada nilai gizinya, yang ada dia hanya akan merusak gigi. Menyebabkan pertumbuhan bakteri dalam mulut kian subur saja.

Tapi lihat, produksi dan penjualan permen terus melunjak dengan bertambahnya begitu banyak jenis permen. Masyarakat sekarang semua sudah pintar. Mereka tau akan efek destruktif dari permen tapi tetap saja mengkonsumsi bukan?

Permen itu mungkin hanya hal kecil. Ada hal yang lebih besar yang juga memiliki sifat yang sama dengan permen.

Tidak usah saya contohkan. Kamu pasti tahu.

Permen kita itu selalu ada didepan mata, menunggu untuk diemut, menanti untuk disikat. Dia duduk manis sambil tersenyum menggoda. Dia tak ada rasa bersalah, karena dia tercipta untuk menggoda.

Sekarang tinggallah kita, manusia lemah yang berjuang untuk lepas dari permen. Berusaha dengan kekuatan sendiri untuk lepas dari pengaruhnya. Walau enggan. Karena seperti yang ku katakan tadi, permen itu manis dan menggoda.

Atau kita tak akan pernah bisa lepas dari dia jika kita tetap gunakan kekuatan kita?

Entahlah.

(Mungkin) disinilah peran dari T.

Buat T :

Permen itu ada bukan untuk merusak tapi untuk menyadarkan, untuk mendekatkan, untuk membuat kita berjaga-jaga. Permen bukan berasal dari T, tapi T peduli akan efek destruktif permen. T, saya minta tolong dan mohon ampun.

Menulis sambil memandangi permen.

gambar dari ourcandyheaven.tumblr.com

 

Diambil dari blog milik Sandra Olivia Frans
Bagikan di Google Plus

About bisotisme.com

Salah satu admin di tim admin yang mengurus web ini.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar