Masjid Ponpes Walisongo

Minggu, 12 Agustus 2012, Flobamora Community mengunjungi Ponpes Walisongo yang juga merupakan sebuah panti asuhan. Kunjungan ini merupakan salah satu program kerja Flobamora Community di Bulan Ramadhan. Ponpes Walisongo terletak di Kaki Gunung Meja, Kabupaten Ende. Penghuni Ponpes Walisongo sejumlah 100 santri/santriwati berasal dari berbagai pelosok NTT, tingkat usia SD sampai SMA. Akses menuju ke Ponpes Walisongo dari cabang jalan raya memang berliku, berlobang, jalan berpasir, tapi Alhamdulillah tetap ada hamba Allah yang datang ke sana.

[gallery columns="2"]

Dari beberapa donatur yang adalah member Flobamora Community berbuah sembako yang langsung diantar oleh member, beramai-ramai. Ryan, Sherif, Sony, Eddie, Yerry, Fauwzya dan Tuteh menjalankan tugas untuk mengantar sembako tersebut ke Ponpes Walisongo. Seperti biasa … nge-bike!

Tiba di Ponpes member Flobamora Community bertemu dengan Umi dan langsung menyerahkan bantuan sembako tersebut. Member lantas berkeliling. Target pertama adalah bukit separoh, maksudnya bukit yang sudah separoh diratakan atau dikeruk. Perlu diketahui bahwa awalnya penghuni Ponpes Walisongo memang harus berjuang meratakan bukit tersebut dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengeruk secara manual, untuk bisa membangun gedung sekolah, asrama, dan lain-lain. Tanah hasil kerukan diambil oleh truk-truk dari proyek-proyek yang sedang membangun gedung. Katanya sih sekian truk akan dibayar sekian Rupiah tapi kadang ada yang tidak membayar. Tega ya? Tenaga anak yatim-piatu loh itu, masa tega tidak bayar?

Di bawah bukit separoh ini lah terletak makam Abah, Mahmud Eka, yang merupakan pengelola kepala dari tempat ini yang menghembuskan nafas terakhir pada Mei 2011.

Gedung sekolah sudah berdiri tegak. Ada satu bangunan memanjang yang merupakan bangunan pertama di tempat ini yang bagian belakangnya dijadikan hunian khusus santriwati. Ada pula gedung sekolah bertingkat tiga. Gedung perpustakaan sudah siap dipakai. Yang masih harus dibangun dan diselesaikan di sini adalah gedung asrama untuk santri dan masjid. Santriwati menempati bangunan lama semi permanen di bagian belakang kantor. Sedangkan santri masih menempati lantai dua masjid yang berdiri di sisi kiri pintu masuk. Masya Allah. Mereka tidur di tingkat dua masjid yang tidak berdinding, hanya ada pilar-pilar penyangga saja. Bagaimana dengan musim dingin seperti sekarang ini ya? Kedinginan itu pasti. Mereka tegar.

Masjid Ponpes Walisongo multi fungsi. Lantai bawah berfungsi sebagai masjid pada umumnya, lantai dua masih digunakan sebagai tempat bernaung santri. Kondisi masjid pun masih belum dilapisi semen halus, masih campuran kasar saja dengan … pilar, bukan dinding. Tahun 2010 saat Flobamora Community pergi ke sana, kondisi masjid juga seperti itu. Hingga kini belum ada perubahan. Semoga dengan berlarinya waktu Masjid Ponpes Walisongo dapat dilanjutkan pembangunannya.

Menjelang berbuka puasa member Flobamora Community pun pamit pulang setelah sebelumnya menyerahkan amplop kepada Umi. Selesai sudah tugas ini. Member memutuskan untuk berbuka puasa bersama di d’light café, di bilangan Pantai Ria. Buka puasa bersama ini justru berakhir di Amazy (fast-food, fried chicken).

Terima kasih kepada semua donatur yang telah mempercayakan bantuannya kepada Flobamora Community.

Semoga kegiatan amal ini dapat terus berlanjut.

Amin!

 

Salam manis,

Admin.
Bagikan di Google Plus

About bisotisme.com

Salah satu admin di tim admin yang mengurus web ini.
    Komentar
    Komentar melalui Facebook

1 komentar: