Sebuah Cerita “Papist” dari Taklale–Kupang

 

Di foto ini ada Bapak Yosep Atok, Katekis Paroki, dan Bapak Sebas, Guru Agama, yang sedang membelakangi kamera. Ini diambil seusai perayaan Ekaristi di Gereja Sancta Maria Fatima Taklale. Seperti biasa salam-salaman dan berbagi cerita sebelum akhirnya mereka kembali ke rumah. Kedua bapak ini masih akan menunggu ibu mereka yang sedang ikut kegiatan mingguan Legio Maria. Waktu menunggu itu kami gunakan untuk duduk dan minum bersama di beranda pastoran. Saat itulah sejarah demi sejarah terungkap.
  
Bapak Sebas, di tahun 70-an terkenal sebagai Guru Agama yang pemberani, tak pernah takut siapapun, “Kecuali pastor”, katanya. Saat itu, Gereja Katolik baru bertumbuh, lebih kemudian dari Protestan yang lebih dahulu berkembang akibat dukungan Belanda. Tentu saja, sikap terhadap gereja Katolik yang baru bertumbuh itu bisa diperkirakan. 

Kemana-mana ketika berdoa rosario, kelewang panjang Pa Sebas selalu diselipkan di punggung, tertutup oleh bajunya. Seringkali kelewang tersebut digunakan untuk menggertak mereka yang mengganggu ibadat rosario mereka. Menurut tuturnya sendiri, ia pernah memukul sahabatnya yang non-katolik, ketika keduanya menonton televisi di rumah tetangga. Saat itu pesawat TV sedang menyiarkan kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia (mungkin Jogja atau Maumere). Secara spontan temannya yang  itu berseru ketika melihat Paus, heh ini ikan paus! Kontan  Bapak Sebas naik darah. Temannya itu dipukul dengan kursi sampai babakbelur.  Temannya yang sesungguhnya sangat menghormati Bapak Sebas itu menyesal karena terlanjur salah. Namun semuanya sudah terjadi, emosi Si Papist ini sudah tidak terkendali. Untunglah mereka kemudian berbaik-baik kembali.


Foto diambil dari sini
Bagikan di Google Plus

About Tuteh

Salah satu admin di tim admin yang mengurus web ini.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar