Christian Dicky Senda | Ketua Flobamora Community

Twitter : @dickysenda

Christian Dicky Senda adalah nama pena dari Christianto Senda yang lahir di Kapan – Mollo Utara, 22 Desember. Alumnus Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Jogjakarta tahun 2010. Penikmat sastra, film, psikologi dan kuliner. Aktif bergiat di Komunitas Blogger NTT/ Flobamora Community, Komunitas Sastra Dusun Flobamora, Forum SoE Peduli dan kelompok Solidaritas-Orang Muda Katolik. Sejak 2009 telah aktif di dunia pendidikan sebagai konselor, dimulai di Anak Prima Jogjakarta dan berlanjut di SMPK St. Theresia Kupang.

Kanuku Leon adalah buku cerpen pertamanya sekaligus buku kedua yang telah diterbitkannya. Buku pertama Cerah Hati, sebuah buku kumpulan puisi yang diterbitkan tahun 2011. Beberapa puisi dan cerpennya telah dipublikasikan di beberapa media lokal Nusa Tenggara Timur, antologi 5900 Langkah Alumni Syuradikara, antologi Temu I Sastrawan NTT—Kematian Sasando, dan jurnal sastra Santarang terbitan Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Bulan Juni 2013 diundang untuk memperkenalkan karya sastranya di Makassar International Writers Festival. “Bangga rasanya saat itu bisa berada dalam sebuah festival bersama Joko Pinurbo, Sapardi Djoko Damono, Dewi “Dee” Lestari bahkan dengan penulis internasional seperti Peter Zilahy dan....” kisahnya. Di Tahun yang sama ia juga diundang untuk menghadiri beberapa event seperti Asean Blogger Festival di Solo dan Temu Sastra MPU ke- VIII di Serang-Banteng.

Selain aktif menulis karya sastra, ia aktif juga menulis artikel kebudayaan, pendidikan dan sosial untuk www.bloggerntt.info dan blognya www.naked-timor.blogspot.com. Terinspirasi dari sosok ‘mafefa’ dalam struktur adat masyarakat Dawan, sebagai penutur-pembawa kabar baik-jurnalis kalo bahasa sekarang yang dengan caranya keliling kampung untuk mengabarkan pesan dari raja dengan bahasa yang mudah dimengerti, bahasa puitik.

Kini menetap di Kupang sambil terus bergiat menggerakan dan menyuarakan perubahan b ersama anak-anak muda Kupang dalam berbagai kegiatan seperti Kupang Bagarak dan Babasa (babaca dan baomong sastra) yang merupakan dua kegiatan anak muda lintas komunitas di kota karang Kupang. Bersama Kelompok Solidaritas, yakni kumpulan orang-orang muda Katolik di Kupang turut membantu menstabilkan gerakan perubahan di beberapa kampung di Amarasi Timur dan Timor Tengah Selatan lewat PAUD, Taman Baca dan kegiatan-kegiatan pengembangan diri kaum muda di pedesaan. Tak lupa pula ia membagi semangat positif bagi anak-anak didiknya di SMPK St. Theresia Kupang dengan membentuk sebuah kelompok jurnalis pelajar Speqsanthers+ yang aktif menerbitkan mading, blog, membuat film pendek dan klub fotografi.

Kini ia masih menyimpan banyak mimpi untuk diwujudkan antara lain menyelesaikan riset dan tulisan untuk buku ketiganya yang direncakana ingin mengangkat sisi psikologis, mistisisme dan sosial budaya masyakat adat di Timor Tengah Selatan. Selain mimpi untuk merebut beasiswa S2 bidang psikologi pendidikan anak dan remaja.

“Berkaryalah dengan jujur, konsisten dan sensitiflah dengan sekelilingmu maka segala nasib baik akan menyertaimu”, begitulah motto hidup pria berdarah Flores-Timor-Jawa ini membocorkan hal mendasar yang membuatnya bersemangat dalam karier hingga kini.

“Hal menyenangkan lainnya yang biasa saya lakukan adalah pulang ke rumah orang tua saya di Mollo, mengobrol panang lebar dengan Bapatua-Mamatua, memasak makanan kesukaan saya—italian food—dan segala imajinasi cerita bakal tercurah saat itu juga!”

***