(Bagian 1)
Nusa Tenggara
Timur. Apa yang ada dibenak orang-orang ketika ditanya tentang propinsi di
selatan Indonesia ini? Pasti akan beragam jawaban, mulai dari positif hingga
yang paling negatif. Kata teman-teman saya dari Jawa, NTT itu keren alam dan
budayanya. Tentu saja saya akan segera mengiyakan dengan sepenuh hati sambil
berbagi cerita lebih banyak lagi tentang kekayaan alam dan budaya tersebut.
Tentu saja ada sejuta alasan lain kenapa orang-orang di luar sana begitu kenal
dan cinta NTT (yang mungkin terasa subyektif, ya sudahlah). Nah, kalau
negatifnya? Sebenarnya saya agak risih dan kurang setuju untuk terlalu fokus
dengan hal-hal yang serba minus. Namun sekali lagi, penilaian orang
berbeda-beda maka saya maklumi saja.
Dulu sewaktu
kuliah di Jawa banyak teman saya yang tak tahu persis letak NTT. Saya tentu
saja paham karena puluhan tahun rezim orde baru yang sentralistik menjadikan
kawasan Indonesia Timur agak (atau sangat?) tidak populer. Jawa selalu menjadi
pusat perhatian. Ah, saya tidak mau menggugat situasi itu lagi. Kalau sekarang
banyak yang tahu NTT, mungkin saja karena adanya berita-berita soal mutu
pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dll yang masih dibawah standar.
Lagi-lagi soal sentralistik tadi (duuh kata ini... L)
membuat masyarakat NTT harus berlari kencang di saat orang lain sudah maju atau
menyesuaikan dengan banyak hal baru meski secara mental belum siap, sedangkan
globalisasi sudah di depan mata. Kita kagok? Mungkin saja iya.
Tapi apa harus terus-terusan
larut dalam ketertinggalan itu? Rasanya tidak sepenuhnya lagi. Hari ini saya
bangun tidur dan melihat begitu banyak gerakan positif dari anak muda NTT, yang
bahu membahu berbagi informasi dan saling menopang. Bahkan banyak yang bergerak
dalam diam. Kekuatan memang lekat dengan keuletan yang sungguh, dalam diam. Di
sisi lain, saya harus mengakui bahwa banyak gerakan kepemudaan itu digalakkan
lewat teknologi jejaring sosial. Artinya saya harus mematahkan sendiri anggapan
saya di atas, bahwa sonde semua orang NTT kagok dengan globalisasi. Anak muda
NTT dengan segala kemampuannya berhasil memanfaatkan kekuatan tersebut untuk
pengembangan diri dan komunitas di lingkungan sekitar. Entah dengan penilaian
orang lain, namun saya melihat ini sebagai sebuah fenomena sosial yang baik.
Berikut ini akan
saya paparkan sebagian kecil dari gerakan pembaharuan yang digalakkan anak-anak
muda NTT di sekitar lingkungan mereka. Mungkin masih langkah kecil tapi saya
percaya sonde ada usaha yang sia-sia jika landasannya jelas: keinginan untuk
merubah lingkungan sekitar orang-orang muda itu. Dan yang bikin lebih bangga
lagi, karena gerakan-gerakan kecil ini sudah menjamur di hampir semua kabupaten
di NTT. Kereeen.
1. Forum
Academia NTT (FAN)
Saya
kenal forum ini ketika pertama kali saya kenal internet. Lewat kakak saya yang
sedang kuliah di Roma waktu itu saya akhirnya diajak bergabung dan mengenal
baik beberapa foundernya hingga kini. Sebut saja kak Jonatan Lassa dan Elcid
Li. Sejak kenal FAN saya tahu persis usaha dan pergerakan mereka, dengan misi
lewat jalan pendidikan NTT bisa lebih baik. Forum inilah yang giat memotivasi
sesama orang muda NTT untuk sekolah dan sekolah lagi. Dengan segala
jejaringnya, FAN berhasil bikin saya bangga dan menaruh harapan bahwa ada
keniscayaan untuk NTT yang lebih baik. Di FAN ada begitu banyak orang pintar.
Kaum pemikir yang juga sudah punya banyak kerja nyata ketimbang hanya berkoar
tentang teori semata. Lewat FAN saya mendapat jejaring sosial yang kuat dan luas.
Saya pun menikmati sekian banyak diskusi yang meluaskan wawasan saya. Kamu pengen tahu lebih banyak tentang FAN dan aktivitas riset para akedemisi muda NTT, ada banyak paper yang bisa disimak di sini.
2. Komunitas
Blogger NTT
Komunitas
Blogger NTT atau yang dikenal juga dengan nama Flobamora Community merupakan
komunitas blogger terbesar di NTT. Berdiri sejak 2009, yang digagas oleh
blogger Ende, Tuteh Pharmantara dan beberapa blogger Makassar yang kebetulan
tinggal dan bekerja di NTT.
FC
berhasil memberi warna tersediri bagi sepak terjang dunia perbloggeran tanah
air (hihi istilahnya dong), dengan kekuatan persaudaraan Flobamorata (Flores,
Sumba, Timor, Alor, Lembata, dll). FC adalah representasi dari anak muda NTT
yang beragam suku, bahasa ibu dan agama. Sejak berdiri, komunitas ini banyak
berperan di lingkungan sekitarnya dalam mengkampanyekan gerakan internet sehat
ke sekolah-sekolah dan komunitas anak muda. Termasuk juga bikin pelatihan blog,
free, kepada siapa saja.
Di
FC anak-anak mudanya saling memotivasi dan menginspirasi. Mereka tak sungkan
menggalang beras door to door bagi pengungsi Rokatenda, memanfaatkan jejaring
medsosnya untuk galang dana, menjadi relawan di kamp pengungsian. Kisah lengkapnya bisa kamu simak di film dokumenter Linimassa 3.
3. Buku
Bagi NTT
Gerakan
menggalang buku yang paling fresh dan terbukti ampuh dengan memanfaatkan media
sosial seperti twitter dan facebook. Saat ini sudah ‘merebak’ di 9 kota besar
di Indonesia dengan menggandeng beberapa penerbit, komunitas buku hingga OSIS
di sekolahan. Distribusi buku tahap pertama sudah dirasakan anak-anak di dua
taman baca di Sumba, Namu Angu dan Prailiu. Foundernya adalah Willibrodus M
Bata, dibantu beberapa koordinator yang tersebar di Malang, Bandung, Semarang,
Jogja, Bali, Makassar, Surabaya, Mataram dan Jakarta.
4. NTT
Youth Project
Project
ini lahir di Bandung, oleh sekelompok mahasiswa NTT. Idenya sama dengan Buku
Bagi NTT. Simak aksi mereka di twitter @NTT_YProject
5. Taman-Taman
Baca
Dalam
catatan saya ada beberapa taman baca yang cukup aktif di wilayah NTT, antara
lain:
*
Namu Angu di Sumba, yang digagas oleh Vanny Kadiwanu, dkk dari Gerakan Pemuda
Sumba (GPS),
*
Taman baca LG corner di Ruteng, digagas oleh blogger dan cerpenis Armin Bell,
dkk. Terletak di gereja Katedral Ruteng dan menjadi basecamp beberapa kelompok
diskusi dan klub buku.
*
Taman baca Pelangi, digagas orang luar NTT, Nila Tanzil, yang punya kepedulian
besar bagi pendidikan anak-anak di Flores dan Alor.
*
Taman baca Paroki Amarasi Timur. Terletak di kecamatan Amarasi Timur, kabupaten
Kupang. Digagas oleh kelompok Solidaritas Kupang, terdiri dari orang-orang muda
Katolik yang tersebar di kota Kupang. Kegiatan lainnya adalah membangun PAUD
dan subsidi gaji guru tenaga honorer di pedalaman Amarasi.
*
Taman baca Kamu Rote Ndao, terletak di Pulau Rote. Digagas oleh alumnus Forum
Indonesia Muda (FIM), Sherwin Ufi, dkk. Kamu Rote Ndao juga pernah memanfaatkan
media sosial untuk menggalang buku dalam proyek ‘1000 Buku Untuk Rote Ndao’.
Proyek ini bahkan medapat penghargaan dari pemerintah (MDGs Awards) karena
dianggap turut mempercepat pembanguan daerah tertinggal lewat jalur pendidikan.
6. Klub
Buku Petra Ruteng
Digagas
oleh Armin Bell, Ucique Jehaun, dkk di kota dingin Ruteng. Agenda rutinnya
adalah mendiskusikan buku sastra Indonesia terpilih setiap bulannya.
7. Laskar
Ambruk – Ende
Ini
adalah komunitas pencinta alam yang berbasis di Ende dan rutin naik gunung. Kerap mengkampanyekan isu
lingkungan hidup lewat berbagai kegiatan, salah satunya pentas seni teater.
Keren lho!
8. Gerakan
Pemuda Sumba
Dari
padang sabana mahaluas saya mendapatkan angin segar ini, Gerakan Pemuda Sumba-
#GPS, yang lahir dari keinginan akan perubahan di Sumba dari sekelompok
anak-anak mudanya sehabis merantau (kuliah/kerja/sekolah). Beberapa nama
penggeraknya tentu saja aktif juga di beberapa forum lain di NTT. Umbu Nababan,
Yustin Liarian, dan Vani Kadiwanu
9. Komunitas
Sandal Jepit Maumere
Aktif
dalam bidang sastra. Salah satu pegiatnya adalah Hengky Ola Sura.
10. Komunitas Sastra Dusun Flobamora
10. Komunitas Sastra Dusun Flobamora
Berdiri
Januari 2011, di Kupang, lewat sebuah mimpi yang sama dari beberapa pegiat
sastra antara lain Ragil Sukriwul, Mario F Lawi, Amanche Frank, Januario
Gonzaga, Sipri Senda, Marsel Robot, dll. Komunitas ini juga telah melahirkan
sebuah jurnal sastra Santarang (pertama di NTT yang ber-ISSN dari LIPI dan
didokumentasi oleh KITLiv sebuah lembaga dokumentasi Belanda). Member di
komunitas ini tergolong produktif dalam menulis—menerbitkan buku dan terlibat
dalam banyak festival sastra lokal, nasional maupun internasional. Bersama
dengan komunitas anak muda lainnya di Kupang, mereka melahirkan even sastra
bulanan, #Babasa (babaca dan baomong sastra).
11. Lembaga
Rumah Poetica, meski kini sedang vakum, setahu saya
lembaga ini telah melahirkan beberapa nama pegiat sastra dan teater yang cukup
potensial di NTT. Digagas oleh penyair Barra Pattyradja, Pion Ratuloly dkk.
12. Malam Puisi Ende
Even
malam puisi sudah lahir di banyak kota di seluruh Indonesia, termasuk di Ende.
Digagas oleh Telly Rohi, Frater Kristo, Sofi Kusnadi, Fauwzya Dean, Djho
Izmail, dll. Rutin setiap bulannya bikin kegiatan baca puisi di cafe, taman
kota bahkan di pelabuhan ikan di kota Ende. Upaya yang baik untuk mempopulerkan
puisi ke masyarakat, khususnya anak muda. Keren.
13. Lopo Biinmafo - Kefa
Diam-diam
kota Kefamenanu punya kelompok diskusi yang menurut saya keren. Lopo Biinmafo
mengingatkan anak-anak muda Kefa akan filosofi ‘lopo biinmafo’, ketika segala
persoalan bisa diselesaikan dengan jalan diskusi—duduk bersama di bawah
lingkaran lopo—rumah tradisional orang Timor. Pegiat-pegiat diskusinya antara
lain, novelis Unu Ruben Paineon, penyair Dofri Bone, Freddy Oky, Robby Saunoah
dan Ricky Thaal.
14. Forum SoE Peduli
Sehari
setelah Jumat Agung Tahun 2013, sekelompok anak muda SoE berkumpul di rumah
dokter Sandra Frans guna membahas charity act untuk pengungsi letusan gunung
api Rokatenda. Lahirlah FSP, dengan ketua Sandra Frans. Pegiat-pegiat FSP
lainnya sebut saja Angel Marlin, Yoce Lodo, Josua Sriadi, Sherly Leo, dll
datang dari latar belakang pekerjaan yang beragam, bahkan member termudanya
adalah anak SMA. Forum ini terbilang aktif dengan berbagai agenda rutinnya
seperti diskusi, nonton film, kelas berburu beasiswa, kelas berpikir kreatif,
kelas TOEFL, dll. Tercatat juga pernah bikin baksos untuk korban banjir bandang
di Kolbano dan pengobatan gratis di Amanuban Timur. Tidak lupa juga beberapa
kali menyelenggarakan pentas seni di taman kota yang melibatkan anak-anak muda
di kota dingin SoE. FSP pun mendorong semua membernya untuk aktif menulis
kreatif di blog.
15. Kupang Bagarak
Ide
awalnya mirip dengan Forum SoE Peduli. Lahir dari sebuah keprihatinan ketika
terjadi bencana alam di NTT sedikit sekali respon pemerintah. Forum ini menjadi
solusi dengan menggerakan anak-anak muda lintas komunitas di Kupang untuk
berbuat aksi sosial. Digagas oleh blogger Inda Wohangara, Dody Kudji Lede, Noya
Letuna, aktivis AIDS Gusti Brewon, dll.
16. Sastra Masuk Sekolah -
Kupang
Ini
kegiatan rutin komunitas sastra seminari St. Mikhael Kupang ke sekolah-sekolah
di kota Kupang. Tujuannya mulia sekali, agar basis sastra kuat di kalangan
pelajar. Konsepnya sederhana saja, setiap bulan para pegiat sastra yang
kebanyakan adalah para frater bikin diskusi dan berbagi tips menulis puisi atau
cerpen, bahkan bikin mini workshop dan hasilnya akan dimuat di jurnal Filokalia
milik komunitas St. Mikhael.
17. Sekolah Musa
(multimedia untuk semua) - Kupang
Di
Kupang sekolah ini berdiri, digagas oleh anak-anak muda dari Rumah Desain.
Intinya sederhana, secara periodik, kelas-kelas multimedia dibuka dan free
untuk siapa saja yang ingin belajar fotografi, desain visual, editing, film,
dll. Pegiat: Danny Wetangterah, Egen RD, Noya Letuna, dkk.
18. Rumah Produksi T-Shirt
- Kupang, Maumere
Berbicara
desain, maka saya sonde lupa dengan beberapa label t-shirt milik anak-anak muda
NTT yang dengan segala kreativitasnya mengangkat isu lokalitas lewat desain
t-shirt. Sebut saja Rumpu-Rampe Ink milik Rafael Man, B64 milik Ino, Tuk-Tuk Boys milik ka’e Valentino Luis
dan Bajuku Itammati miliknya Gerald Fori. RRI, Tuk-Tuk dan B64 banyak mengangkat idiom-idiom
lokal khas NTT sebagai materi desain kaosnya, sedangkan Bajuku hadir dengan
beberapa tema lokal dalam bahasa melayu Kupang seperti Kakarlak (aka kecoa),
Dokodoko dan Sepe (pohon flamboyan).\
19. God's Light For Timor Island
19. God's Light For Timor Island
Ini
project raise fund via Facebook yang digalakkan kak Simon Petrus Kamlasi,
seorang tentara, putra TTS untuk membantu project air bersih yang dikelola
masyarakat di pedalaman TTS. Air bersih memang menjadi isu penting bagi
masyarakat di kabupaten TTS. Untuk informasi lebih lanjut silakan like fanpage
“God’s Light For Timor Island”. Namun komunitas ini juga menerima bantuan
sepatu, pakaian seragam, buku-buku, dsb bagi anak-anak di pedalaman TTS.
****
FYI,
penggagas atau pegiat di 18 forum/komunitas/label di atas faktanya menjadi bagian dalam satu dua komunitas
lainnya. Artinya bahwa tidak ada kelompok yang ekslusif sendiri, karena pada
akhirnya semua ikut membantu, mendukung dan saling membesarkan. Saya mungkin
hanya punya 18 daftar gerakan positif anak-anak muda NTT, dan yakin di luar
sana masih ada banyak yang belum saya ketahui. Anda punya informasinya? Ayo
bagi ke sini. Percaya deh NTT akan lebih baik... (bersambung)
Salam
Christian dicky senda
Ketua
Flobamora Community. Bergiat juga di Dusun Flobamora dan Forum SoE Peduli. Menulis
buku puisi Cerah Hati (2011) dan buku cerpen Kanuku Leon (2013).
Sumber
Foto:
Namu
Angu: https://www.facebook.com/TamanBacaNamuAngugps?ref=ts&fref=ts
Forum Soe Peduli: https://www.facebook.com/groups/416184085145301/?ref=ts&fref=ts
Buku Bagi
NTT: https://www.facebook.com/bukubagiNTT
God’s
Light For Timor Island: https://www.facebook.com/pages/Gods-Light-For-Timor-Island
Yess, maju terus Nusa Tenggara Timur! Semakin banyak local heroes yang melakukan hal baik tanpa memandang imbalan. Ini luar biasa! (h) (o)
BalasHapusApapun kata orang lain tentang NTT, yang jelas bagi saya NTT adalah tanah bumi yang luar biasa.
BalasHapusSebagai anak NTT yang saat ini tinggal dan bekerja sebagai PNS di Bali, saya bangga telah lahir dan dibesarkan di tanah Flobamora. Saya bangga karena sejuta alasan hebat yang saya miliki dari tanah Flobamora.
Maju terus NTT.