Nama Pulau Flores berasal dari Bahasa Portugis "Cabo de Flores" yang berarti "Tanjung Bunga". Nama ini semula diberikan oleh S. M. Cabot untuk menyebut wilayah paling timur dari Pulau Flores. Nama ini kemudian dipakai secara resmi sejak tahun 1636 oleh Gubenur Jenderal Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores yang sudah hidup hampir empat abad ini sesungguhnya tidak mencerminkan kekayaan Flora yang dikandung oleh pulau ini. Karena itu, lewat sebuah studi yang cukup mendalam Orinbao (1969) mengungkapkan bahwa nama asli Pulau Flores adalah Nusa Nipa (yang artinya Pulau Ular).Yoseph Yapi Taum dalam "RASA RELIGIOSITAS ORANG FLORES"
Misalnya:
"Nama saya RB. Thundang. Panggil saja Obeth, atau Armin.
"Nama saya RB. Thundang. Panggil saja Obeth, atau Armin.
Kelahiran Manggarai - Flores, 17 Virgo tahun Kelinci."
Kelanjutannya akan lebih mudah jika acara 'perkenalan diri' itu terjadi di depan 'kelas' atau sekelompok orang yang duduk melingkar karena tak saling mengenal. Jika muncul permintaan semisal "Ceritakan tentang asalmu, Armin. Ceritakan tentang Manggarai - Flores," jawabannya cukup simple. Bisa saja dimulai dengan pertanyaan, "Kalian pernah dengar tentang Komodo, Kadal raksasa langka yang bernama Latin Varanus komodoensis?" Nah, Jika mereka mengangguk, bubuhkan sedikit joak di sana: "Hewan yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia itu bertelur di belakang dapur rumah saya. Saya yakin, kita semua ingin mengalami keajaiban. Saya sudah pernah mengalaminya, karena Komodo hanya ada di Manggarai - Flores. Jika Anda ingin membuktikan bahwa keajaiban itu nyata, mulailah dengan Google dan akhiri dengan perjalanan ke Manggarai - Flores. Saya tidak ingin bercerita di sini, karena keajaiban tanpa kejutan bukanlah keajaiban yang sesungguhnya."
Hahahaha.. Mati sudah!! Jika perkenalannya seperti itu, tugas untuk menjelaskan tentang "Manggarai - Flores" akan terasa ringan.
Tingkat kesulitannya akan berbeda, ketika berkenalan di dunia maya dengan bule yang tidak pernah belajar Ilmu Pengetahuan Sosial; berpikir sekaligus mengendalikan amarah adalah ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan itu. Chatting seperti ini, misalnya:
"Oh, Anda dari Manggarai - Flores? Di manakah itu?"
"Di Indonesia" (Mengetik dengan sabar)
"Apakah Indonesia itu dekat Bali? Berarti Manggarai - Flores itu dekat Bali? Saya ingin berlibur ke Bali dalam dua tahun ini."
(GRRRRRhhh - Dongkol, sengaja 'mela' dan mengetik agak lama). "Bali hanyalah salah satu pulau di Negara Indonesia. Dan Flores, adalah pulau kecil lainnya, seperti juga Bali. Tempat asal saya, Manggarai, terletak di Pulau Flores."
"Oh, terimakasih untuk penjelasannya. Saya baru mengerti sekarang. Saya belum pernah mendengar tentang Manggarai - Flores sebelumnya, coba ceritakan tentang tempat asalmu itu."
"Sebelumnya, saya ingin bertanya. Kenapa Anda ingin berlibur ke Bali? Apa yang Anda dengar tentang Bali?" (Tarik napas dalam-dalam)
"Saya dengar, Bali adalah pulau Dewata, katanya. Surga Dunia"
"Selain punya Bali sebagai Pulau Dewata, Indonesia juga punya Manggarai - Flores. Sejak beberapa abad lampau, penjelajah Portugis menyebut Flores sebagai Pulau Bunga/ Tanjung Bunga, nama Indonesia untuk penyebutan Protugis, Cabo de Flores. Alasannya? silahkan baca di 'anjodguarda.blogspot.com' atau download dokumen ini: 'www.endonesa.net/modules/documents/files/Religi-Flores.doc'"
"Aku tak suka membaca."
"...." (dongkol, offline)
Diambil dari Blog Nara Reba. Read more: http://nara-reba.blogspot.com/2013/06/bercerita-tentang-manggarai-flores-ntt.html#ixzz2dXFsRTzm
Follow us: @nara_reba on Twitter | obeth.thundang on Facebook
Kak, trimakasih sudah diposting di sini.
BalasHapusSebenarnya, saya belum pe-de untuk kirimkan tulisan ke bloggerntt.org. :-)