Tulisan ini dimuat di Shvoong, oleh Tuteh Pharmantara. Pada 10 Februari 2013.
Malam itu, sebenarnya sudah dini hari sekitar pukul 01.00 Wita, saya dan teman-teman Flobamora Community baru saja selesai menggelar acara ulang tahun ke-4 Komunitas Blogger NTT kami. Masih letih karena setelah acara kami harus membereskan segala sesuatunya. Kami tak sadar ketika sedang hang out di pinggir jalan menunggu mobil angkutan datang, dan saat seorang pengendara yang mabuk terperosok ke dalam got besar di depan KODIM, sebuah gunung berapi memuntahkan isi perutnya. Ya, dini hari itu tanggal 3 Februari 2013 Gunung Rokatenda akhirnya meletus setelah berkali-kali masyarakat di sekitarnya diberi peringatan siaga ... terus siaga dan siaga.
Karena baru saja habis perhelatan yang persiapannya menguras energi dan dompet Flobamora Community agak lambat menanggapi bencana alam ini padahal biasanya kami nomor satu berada di jajaran depan. Iya, meskipun Flobamora Community merupakan Komunitas Blogger NTT tapi konsentrasi kami tidak melulu di dunia blog (internet). Tentu saja! Sebagai kumpulan anak muda kami berusaha untuk berkegiatan di banyak aspek. Salah satunya kegiatan sosial.
Gunung Rokatenda terletak di sebuah pulau kecil bernama Pulau Palu'e. Pulau ini masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sikka tapi letaknya justru di depan pantai di wilayah Maurole, Kabupaten Ende. Boleh dibilang pulau ini memang terletak lebih dekat (dan tampaknya memang sudah masuk) Kabupaten Ende. Sejak November sudah mulai ada penduduk yang mengungsi. Dan dalam letusan dahsyat tanggal 3 Februari 2013 dini hari itu banyak penduduk yang memilih untuk mengungsi dari pada bertahan di Pulau Palu'e. Ada sekitar 11.000 penduduk di sana dan pengungsi yang tercatat baru 2.000 jiwa saja.
Kenapa ada penduduk yang memilih tidak meninggalkan Palu'e? Karena terikat perasaan dan tradisi.
Sejak Rabu, 6 Februari 2013 kami mulai menggalang dana yang hanya dilakukan lewat media Twitter. Luar biasa tanggapan semua teman-teman. Di sini kami merasa sebagai jembatan antara para pengungsi korban bencana dengan dunia luar. Kami beruntung memperoleh kontak langsung seorang Romo yang bertugas di Pulau Palu'e. Akhirnya dana mulai mengalir ke rekening kami dan semua itu tentu akan kami serahkan kepada para pengungsi. Kami juga mengumpulkan informasi dari teman-teman yang sudah pernah ke lokasi pengungsian dan bahkan ada yang menginap di sana untuk terus menyebarkan informasi terkini tentang kondisi para pengungsi dan Gunung Rokatenda itu sendiri. Dari informasi yang kami peroleh ada sekitar 7 posko pengungsi di Maurole tersebar di beberapa desa. Para pengungsi itu ada yang menginap di rumah penduduk tetapi di Desa Mausambi pengungsi tidur di tenda/kamp sederhana. Desa Mausambi itu kemudian menjadi tujuan kami mengantarkan bantuan.
Sabtu, 9 Februari 2013 rombongan Flobamora Community berangkat ke Maurole. Meski tidak semua tetapi perjalanan ini menyenangkan dan ramai. Perjalanan dari Ende menuju Maurole bisa ditempuh dalam waktu dua jam tetapi karena perjalanan kami agak santai waktu perjalanannya bisa mencapai 3 jam. Kondisi jalannya sudah bagus dan mulus meski ada beberapa lubang di badan jalan tertentu. Tiba di Maurole sekitar pukul 12.00 dan kami memilih untuk segera meluncur ke Desa Mausambi.
Di Desa Mausambi ada dua kamp yang saling berhadapan tetapi sebenarnya itu dihitung satu posko. Kepala Desa, Pak Lipus, segera menyambut kami disela-sela kesibukan beliau mempersiapkan kursi-kursi untuk menyambut kedatangan Kapolda NTT. Kami kemudian diajak ke rumah Kepdes tersebut dan bertemu seorang Mama yang merupakan koordinator pengungsi Pulau Palu'e, warga asli Palu'e.
Dari obrolan bersama Kepdes dan Mama, kami memperoleh data tentang pengungsi di Desa Mausambi. Ada 268 pengungsi. 36 anak-anak dan 3 bayi, sisanya orang dewasa. Informasi dari Mama bahwa keseluruhan korban jiwa dari erupsi Gunung Rokatenda ada 2 orang. Sedangkan pengungsi di Desa Mausambi ini ditambah dengan penduduk setempat berjulan sekitar 400 jiwa. Mereka berbagi air bersih yang masih sulit didapat dan 6 jamban saja. Luar biasa lapang hati Kepdes Mausambi karena beliau juga merelakan samping rumahnya menjadi dapur umum yang kondisinya tak kalah memprihatinkan dari kamp pengungsi itu sendiri. Ya Tuhan ... mereka sangat membutuhkan bantuan kita semua.
Mama berkisah bahwa mereka sendiri tidak tahu harus bagaimana bertindak. Untuk kembali ke Pulau Palu'e nampaknya sebagian besar pengungsi jera. Lahan/tanah garapan mereka hancur terkena banjir lahar dingin, ternak-ternak mati dan kocar-kacir, rumah mereka rata dengan tanah. Tidak ada lagi yang tersisa. Lantas mereka harus bagaimana? Hingga kini mereka masih menunggu kepastian nasib mereka sampai ENTAH. Batas waktu 'entah' ini memang miris. Tapi begitulah informasi dari Mama yang kami peroleh.
Apakah para pengungsi korban meletusnya Gunung Rokatenda masih butuh batuan? Tentu masih!
Apa saja bantuan yang mereka butuhkan?
1. Beras. Ini yang paling utama demi kelangsungan hidup mereka. Kta tentu tidak ingin mereka kelaparan bukan?
2. Air minum dan air bersih.
3. Selimut dan kelambu untuk para bayi dan anak-anak.
4. Susu untuk para bayi dan anak-anak untuk menjaga gizi mereka.
5. Kebutuhan kebersihan seperti sabun, deterjen, sikat gigi, dan lain-lain.
6. Pembalut untuk para wanita.
Dan semua kebutuhan layaknya kita semua. Mereka masih sangat membutuhkan bantuan kita semua, teman. Kondisi mereka memprihatinkan. Bahkan di Desa Ropa kami menemukan dua kapal motor ukuran kecil milik pengungsi yang di dalamnya terdapat 4 keluarga dengan belasan jiwa. Informasi ini akurat. Tetapi baru satu kamp pengungsi, belum kamp pengungsi lainnya. Sabtu depan kami akan kembali ke sana untuk kembali menyalurkan bantuan yang telah dikumpulkan lewat kami.
Bagi yang mau membantu saudara-saudara kita korban erupsi Gunung Rokatenda, Pulau Palu'e, silahkan dapat melalui Flobamora Community.
Bantuan dana dapat dikirim ke rekening :
BNI 0183748172 a/n Pua Devi Indriastuty Pharmantara
Bantuan barang dapat dikirim ke alamat :
Tuteh Pharmantara
Jalan Irianjaya nomor 52
Ende, Flores, NTT
Kontak : 085239014948 (sms only)
Saya harap bantuan untuk mereka tidak berhenti mengalir. Kami, Flobamora Community, dengan sukarela membantu mengantar bantuan-bantuan tersebut tiba dengan selamat ke tangan para pengungsi. Amin.
Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/2356744-meletusnya-gunung-rokatenda/#ixzz2O1kL9JQz
Because We Always Care
Blog
,
blogger
,
Blogger NTT
,
Charity
,
Flobamora Community
,
Gunung Berapi
,
Informasi
,
Maurole
,
Pulau Palu'e
,
Rokatenda
Edit
[...] pos mereka, Komunitas Flobamora menceritakan bahwa sejumlah penduduk mulai mengungsi bulan November 2012, sebelum letusan besar Rokatenda [...]
BalasHapus[...] their blog, Flobamora community said scores of residents have been moving out of their villages since November 2012, long before the [...]
BalasHapus[...] their blog, Flobamora community said scores of residents have been moving out of their villages since November 2012, long before [...]
BalasHapus[...] anatin'ny bilaogin-dry zareo, ny vondrom-piarahamonina Flobamora dia nilaza tarehimarika mikasika ireo mponina nisintaka ny tanànany efa hatramin'ny Novambra 2012, [...]
BalasHapus