“Because we care…”, tulisan singkat di kardus bantuan member Flobamora Community menyiratkan pesan bahwa manusia itu hidup tidak sendiri. Musibah yang terjadi bukan akhir dari segalanya dan tanpa makna. Musibah membawa pesan agar setiap kita merajut kembali persaudaraan yang mungkin sudah terkoyak atau bahkan retak diantara kita.
Seminggu sudah warga desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende kehilangan simbol-simbol pemersatu adatnya. Selasa (09/10/2012), api melahap habis kompleks rumah adat Wologai yang selama ini menjadi kebanggaan warga kampung dan masyarakat Kabupaten Ende. Kebakaran yang terjadi pukul 11.40 siang itu menghanguskan 19 rumah adat dan 3 rumah warga. “Hanya dalam tempo 14 menit, semua rumah sudah terbakar habis. Api yang diduga akibat hubungan arus pendek listrik itu bermula dari rumah warga yang paling selatan”, cerita Bapak Kepala Desa. Menurut Kepala Desa Wologai Tengah, Emilianus Lino, beliau dan warganya tidak sempat menyelamatkan barang-barang yang terdapat di dalam rumah adat tersebut karena api merambat begitu cepat akibat angin dan udara panas saat itu. Kompleks rumah adat yang terbakar tersebut terdiri dari Sa’o Keda (rumah adat utama sebagai tempat musyawarah para tua adat yang tidak dihuni), Sa’o Bhisukoja, Sa’o Labo, Sa’o Wologhale, Sa’o Bhena, Sa’o Sokoria, Sa’o Wolomena, Sa’o Nua Ro’a, Sa’o Rini, Sa’o Ana Lamba, Sa’o Bhisukoja, dan Lewa (dapur mosalaki).
Tidak ada korban jiwa pada kebakaran tersebut tapi 81 jiwa kehilangan tempat tinggal dan harta benda. Selain itu menurut perhitungan aparat Desa Wologai Tengah, kerugian yang ditimbulkan ± 40 M lebih.
Musibah kebakaran kompleks rumah adat Wologai yang merupakan salah satu destinasi pariwisata Kabupaten Ende, menggerakkan member Flobamora Community (Komunitas Blogger NTT) menggalang aksi nyata berupa sumbangan. Aksi dimulai dengan kopdar guna mendengar kronologis kejadian dan melihat foto-foto hasil jepretan Martozo Hann dari lokasi kejadian di Wologai. Setelah itu teman-teman member Flobamora Community langsung menyebarkan informasi aksi sumbangan ini melalui BBM, SMS, maupun jaringan sosial media (FB dan twitter). Dalam waktu 3 hari banyak sahabat yang tergerak hatinya untuk membantu berupa pakaian dewasa dan anak-anak laik pakai, selimut, sarung, kebutuhan perempuan, sabun, rinso dan juga uang. Hasil akhirnya sumbangan berupa 4 dos besar dan 4 dos kecil serta uang Rp. 825.000 siap diantar untuk korban warga Desa Wologai Tengah.
Minggu pagi jam 09.00 Wita, member Flobamora Community (Ka’ Tuteh, Dokter Zaid, Fauwzya, Mas Rian, Martozo, Cici Mawar, Kiki, Bastian dan Eddie) bergerak mengantar sumbangan. Kami langsung menuju posko yang terletak di depan Kapela Hati Yesus Maha Kudus. Kedatangan member FC diterima oleh Sekdes Wologai Tengah, Bapak Jhon Resi. Di posko juga ada beberapa warga desa korban yang rumahnya ludes dilalap api. Kami diajak melihat foto-foto rumah adat sebelum dan setelah kebakaran. Betapa mirisnya melihat dan membayangkan banyak warga yang kehilangan rumah dan harta bendanya, juga benda-benda budaya yang tak ternilai harganya (salah satunya gendang yang terbuat dari kulit manusia dan berusia ratusan tahun). Tapi mereka masih bisa tersenyum menyambut kedatangan kami. Setelah menurunkan bantuan dan mengambil beberapa gambar, member FC berbincang-bincang dengan warga yang menjadi korban.
Beberapa saat kemudian datang rombongan Bapak Wakil Bupati Ende, Drs. Ahmad Mochdar mewakili pramuka. Beliau dan rombongan mengantar sumbangan yang diterima oleh Kepala Desa Wologai Tengah dan Romo Sipri Sadipun. Dalam sapaannya, Romo Sipri mengajak warga untuk membangun kembali semangat persaudaraan dan cinta kasih antar sesama warga. “Musibah ini mengancam persatuan dan persaudaraan jadi harus dirawat ulang. Musibah ini peringatan untuk kembali menata hidup dan kearifan lokal di kampung adat Wologai. Kita jangan terlalu larut dalam musibah, kita harus berbuat sesuatu. Akan ada jalan keluar untuk peristiwa ini”, pesan Romo Sipri Sadipun. Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Bupati. Beliau menghimbau warga Wologai untuk senantiasa maaf-memaafkan dan kembali bersatu.
Dari data yang dihimpun oleh Flobamora Community bantuan yang selama ini mengalir dan masuk belum bisa dikatakan cukup. Para korban masih membutuhkan pakaian, selimut, obat-obatan, pakaian seragam sekolah, buku-buku, sabun dan rinso. Flobamora Community masih menerima sumbangan berupa barang atau uang (CP: Tuteh Pharmantara, Fauwzya Dean dan Eddieson DJea) untuk diantar pada tanggal 19/20 Oktober. Selain itu juga berupa dukungan untuk kembali membangun rumah adat sebagai tempat tinggal dan tempat para tua-tua adat bermusyawarah dan melakukan ritual adat lainnya.
Tulisan oleh : Eddieson Djea.
0 komentar:
Posting Komentar