Katakan Pada Mutis
Air susu ibunya telah dikotori
Madu jagungnya diracuni
Kuda dan rusanya tak berlari jauh
Sebab yang dilihatnya tak berhutan, tiada berumput
Cahaya sesaat yang sesalnya tiada tara
Katakan pada Mutis
Mata air ayahnya hampir mati
Makanya tak ia susuri lagi lembah berkelok sunyi
Pinggang ibunya tak lagi indah
Sebab senja hanya menitipkan wajah muram durjanya
Sekalian seribu nestapa yang mengeropos tulang
Lalu pulang
Dan cintanya hilang
Ditilang orang-orang pongah berhati belangk
Katakan pada Mutis
sesaat lagi mistikamu
digerus angin selatan
sebab abdi-abdimu lupa menitipkan doa
dan mata mereka tak mampu lagi membaca pesan
yang dikirim lewat hangatnya merah hati ayam
tentang kita
sejarah kita
Taubneno, Desember 2011
Christian Dicky Senda: blogger NTT, penulis buku kumpulan puisi Cerah Hati. Penikmat sastra, psikologi, film dan kuliner. Kini menetap di kota dingin SoE. Kini sedang menyiapkan antologi puisi keduanya, Kanuku Leon, yang ia dedikasikan untuk tanah kelahirannya Mollo. Komunikasi dengannya bisa melalui twitter @dickysenda.
Diambil dari sini.
makasih admin, puisi saya dipublish disini juga...
BalasHapuspuisinya keren, Dicky :)
BalasHapusWah, keren puisinya..
BalasHapus